Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang berjalan lambat akibat krisis ekonomi global dan menimbulkan efek negatif, para pengusaha dituntut menjadi lebih kreatif untuk memanfaatkan peluang yang ada. Pasalnya, di setiap kesulitan dan rintangan disitu ada peluang emas, bagi mereka yang jeli dan tidak berserah diri.
Presiden Komisaris PT Ciputra Tbk, Ciputra mengatakan, para pengusaha saat ini dituntut kreatif dan memanfaatkan peluang yang ada, bilamana ingin bertahan atau survive. Namun sayangnya, para pengusaha Indonesia bisa jeli memanfaatkan kondisi yang ada kecil jumlahnya . "Seiring persaingan dan rintangan kedepan, pengusaha yang sejati dituntut untuk lebih kreatif," katanya dalam sebuah talkshow di Jakarta pada akhir pekan lalu.
Kata Ciputra, negara ini butuh para entrepreneurship yang sejati untuk membantu pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dan tidak hanya menjadi bangsa pekerja. Karena saat ini lapangan kerja yang ada tidak lagi mampu menampung lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya jutaan setiap tahun. Tak ayal, jiwa entrepreneurship di kalangan anak muda dinilai menjadi jalan keluar untuk membuka lebih besar lapangan kerja. Di sisi lain, berkembangnya wirasusaha muda di berbagai sektor mempunyai nilai tambah yang mampu meringankan beban pemerintah mengatasi pengangguran.
Dia kembali menegaskan, upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan, tidak ada cara lain kecuali melahirkan wirausaha-wirausaha. Ini menjadi tantangan berat buat Indonesia. "Dan pengusaha yang ada jangan melakukan pemutusan hubungan kerja," paparnya. Penyerapan tenaga kerja, kata Ciputra tidak bisa hanya bergantung pada perusahaan yang ada dan terlebih ditengah kondisi perekonomian yang memburuk serta banyaknya perusahaan yang merumahkan karyawan dan potensi gulung tikar. Setidaknya dibutuhkan 4,4 juta wirausaha sejati untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Ciputra, seorang wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang dapat mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Wirausaha sejati tidak hanya mampu mengubah rongsokan jadi emas, tetapi juga dapat melahirkan wirausaha sukses lainnya. "Di Eropa, kewirausahaan sudah populer 6-7 tahun lalu, sementara di Amerika 30 tahun lalu. Pemerintah di negara-negara Eropa aktif membantu dan menjadikan entrepreneur sebagai gerakan nasional," ungkapnya. Menjadi seorang wirausaha muda yang sejati, dinilainya tidak pernah ada ruginya dan selalu membawa manfaat bagi orang lain. Dia pun menceritakan pendek pengalamannya menjadi wirausaha, di mana berkat semangat entrepreneurship yang dimilikinya, dia mampu pertama kalinya keluar negeri hingga memiliki asset tanah seluas 400 hektar di Vietnam.
Seakan tidak bosan, lelaki yang di juluki bapak real estate Indonesia ini, selalu menganjurkan pentingnya menumbuhkan semangat wirausaha muda sejak dini dan perlunya dorongan pemerintah untuk memfasilitasi mereka. Pasalnya bangsa yang maju bukanlah dicetak dari bangsa pekerja, namun pencipta pekerja. Sebagai gambaran, Ciputra yang biasa disapa Pak Cik ini mengawali karirnya sebagai konsultan arsitektur bangunan yang hanya bermodalkan garasi sebagai kantor utamanya. Alumnus Institut Teknlogi Bandung (ITB) jurusan arsitektur pada tahun 1960 ini sudah merintis karirnya sejak duduk di tingkat IV semasa kuliah.
Karirnya mulai melejit ketika hijrah ke Jakarta bersama teman-temannya dengan menggarap proyek bergengsi untuk pembagunan pusat perbelanjaan di kawasan Senen. Berhasil menjalankan proyek tidak membuat dirinya puas begitu saja. Dia kemudian mendirikan Grup Jaya di tahun 1961 dengan modal Rp 10 juta. Kesabaran dan keseriusannya menjadi enterpreneur, membuat nilai asetnya terus beranak pinak dan hingga kini tercatat sekira Rp 5 triliun. Dengan dukungan kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaan di luar jawa, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai dan terakhir Grup Ciputra. Selain merambah properti dalam negeri, Ciputra juga merambah properti luar negeri. Di mana saat ini Grup Ciputra sedang mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City Vietnam. (www.okezone.com, Januari 2009)
Presiden Komisaris PT Ciputra Tbk, Ciputra mengatakan, para pengusaha saat ini dituntut kreatif dan memanfaatkan peluang yang ada, bilamana ingin bertahan atau survive. Namun sayangnya, para pengusaha Indonesia bisa jeli memanfaatkan kondisi yang ada kecil jumlahnya . "Seiring persaingan dan rintangan kedepan, pengusaha yang sejati dituntut untuk lebih kreatif," katanya dalam sebuah talkshow di Jakarta pada akhir pekan lalu.
Kata Ciputra, negara ini butuh para entrepreneurship yang sejati untuk membantu pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dan tidak hanya menjadi bangsa pekerja. Karena saat ini lapangan kerja yang ada tidak lagi mampu menampung lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya jutaan setiap tahun. Tak ayal, jiwa entrepreneurship di kalangan anak muda dinilai menjadi jalan keluar untuk membuka lebih besar lapangan kerja. Di sisi lain, berkembangnya wirasusaha muda di berbagai sektor mempunyai nilai tambah yang mampu meringankan beban pemerintah mengatasi pengangguran.
Dia kembali menegaskan, upaya mengatasi masalah ketenagakerjaan, tidak ada cara lain kecuali melahirkan wirausaha-wirausaha. Ini menjadi tantangan berat buat Indonesia. "Dan pengusaha yang ada jangan melakukan pemutusan hubungan kerja," paparnya. Penyerapan tenaga kerja, kata Ciputra tidak bisa hanya bergantung pada perusahaan yang ada dan terlebih ditengah kondisi perekonomian yang memburuk serta banyaknya perusahaan yang merumahkan karyawan dan potensi gulung tikar. Setidaknya dibutuhkan 4,4 juta wirausaha sejati untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Ciputra, seorang wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang dapat mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Wirausaha sejati tidak hanya mampu mengubah rongsokan jadi emas, tetapi juga dapat melahirkan wirausaha sukses lainnya. "Di Eropa, kewirausahaan sudah populer 6-7 tahun lalu, sementara di Amerika 30 tahun lalu. Pemerintah di negara-negara Eropa aktif membantu dan menjadikan entrepreneur sebagai gerakan nasional," ungkapnya. Menjadi seorang wirausaha muda yang sejati, dinilainya tidak pernah ada ruginya dan selalu membawa manfaat bagi orang lain. Dia pun menceritakan pendek pengalamannya menjadi wirausaha, di mana berkat semangat entrepreneurship yang dimilikinya, dia mampu pertama kalinya keluar negeri hingga memiliki asset tanah seluas 400 hektar di Vietnam.
Seakan tidak bosan, lelaki yang di juluki bapak real estate Indonesia ini, selalu menganjurkan pentingnya menumbuhkan semangat wirausaha muda sejak dini dan perlunya dorongan pemerintah untuk memfasilitasi mereka. Pasalnya bangsa yang maju bukanlah dicetak dari bangsa pekerja, namun pencipta pekerja. Sebagai gambaran, Ciputra yang biasa disapa Pak Cik ini mengawali karirnya sebagai konsultan arsitektur bangunan yang hanya bermodalkan garasi sebagai kantor utamanya. Alumnus Institut Teknlogi Bandung (ITB) jurusan arsitektur pada tahun 1960 ini sudah merintis karirnya sejak duduk di tingkat IV semasa kuliah.
Karirnya mulai melejit ketika hijrah ke Jakarta bersama teman-temannya dengan menggarap proyek bergengsi untuk pembagunan pusat perbelanjaan di kawasan Senen. Berhasil menjalankan proyek tidak membuat dirinya puas begitu saja. Dia kemudian mendirikan Grup Jaya di tahun 1961 dengan modal Rp 10 juta. Kesabaran dan keseriusannya menjadi enterpreneur, membuat nilai asetnya terus beranak pinak dan hingga kini tercatat sekira Rp 5 triliun. Dengan dukungan kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaan di luar jawa, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai dan terakhir Grup Ciputra. Selain merambah properti dalam negeri, Ciputra juga merambah properti luar negeri. Di mana saat ini Grup Ciputra sedang mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City Vietnam. (www.okezone.com, Januari 2009)